Perjalanan "ber-MAKNA" Ernanda Putra

Perjalanan berdetik di bulan April diwarnai dengan bertemu salah satu founder creative house ternama beserta influencer, Ernanda Putra dari Makna Creative. Hadir di salah satu coffee shop di Jakarta Selatan dengan beberapa koleksi yang mempunyai sentimental value yang kuat bagi Ernanda, namun terdapat koleksi dalam line-up Ernanda yang sangat memukau di hari itu.
Perjalanan horologi Ernanda dimulai dari tahun 2016 dimana salah satu akuisisi di tahun itu adalah Heritage Black Bay 36. Dipilih oleh Ernanda karena dari sisi desain dan minimalis yang hadir di jam ini. Dengan berlatar belakang design, jam modern dengan ukuran yang terbilang lumayan kecil ini tampil sangat menarik dalam #wristshot Ernanda. Dengan bermulakan Tudor dan jam-jam koleksi Ernanda setelahnya kita akan merasakan aura dari line-up koleksi jam yang memiliki sebuah tone dan manner tertentu. Sebut saja jam Rolex 1675 GMT-Master Pepsi yang menjadi pilihan selanjutnya dalam koleksi Ernanda. Sebuah tanda selebrasi dari kelahiran putra tercinta, Saka. Jam ini mewakili momen-momen indah dalam perjalanan hidup dan karir Ernanda Putra yang membuat beliau memiliki sentimental value yang sangat kuat terhadap koleksi ini. Sampai akhirnya muncul sebuah kalimat “koleksi ini (GMT 1675) hanya akan dipakai untuk hari tertentu dan perayaan penting”. Dimana saya dapat merasakan betapa besar sentimental yang dimiliki terhadap unit ini yang menjadi Ernanda memiliki sebuah prinsip tersendiri.
Segelas kopi pun larut beserta dengan perbincangan tentang industri kreatif bersama dengan Ernanda, menjadikan pagi hari itu sangat bermakna dengan mempelajari berbagai hal baru dengan perspektif yang sangat baru. Perbincangan pun berlanjut kepada akusisi berikutnya yang didapati Ernanda adalah Omega Dirty Dozen Military. Dengan style Ernanda yang simple namun striking, Ernanda berhasil mendapatkan unit ini yang dinilai secara historical merupakan salah satu “grail” dalam line-up dirty dozen bersama dengan 11 pilihan line up lainnya. Details seperti broad arrow, military font, big eye sub dial menjadikan Omega ini sebagai salah satu highlight di dalam koleksi dia. Beralih ke pada piece berikutnya adalah salah satu akusisi Ernanda yang terbaru, dimana secara bentukan merupakan salah satu Rolex vintage paling favorit bagi saya sendiri yaitu #Rolex1601. Selain karena klasik, Rolex ini mempunyai sebuah hal yang sering dianggap minus ataupun positif dari kolektor yang berupa 24 hours date winding. Dimana ketika ingin mengganti tanggal menjadikan kita harus memutar hands secara 24 jam secara terus menerus. Ketika kedua jam tangan tersebut disandingkan (Omega Dirty Dozen & Rolex 1601), kita dapat melihat sebuah kemiripan antara satu dengan yang lainnya dimana tampilan sederhana dan minimalis menjadi landasan dari kedua jam ini.
Kemudian perbincangan pun beralih kepada koleksi berikutnya dimana koleksi ini merupakan salah satu yang paling sering diperbincangkan masyarakat mengenai jam Ernanda, berupa Long Playing Breitling Top Time. Dalam hal ini disebut long playing dikarenakan power reserve yang dimiliki jam vintage ini sangat panjang pada masanya yang berupa 52 jam ditambah dengan karakteristik mesin beserta tampilannya yang sering disebut dengan panda. Dikenal sebagai Ref. 810, Breitling ini termasuk salah satu seri yang paling banyak dikejar kolektor mengingat susunan dial, hands dan casing yang sangat unik antara perpaduan satu dengan lainnya. Yang tak dilupakan ketika membahas jam Chrono dengan Ernanda adalah berupa salah satu koleksi modern nya yang dianggap GRAIL bagi penggemar dunia design dan HEUER yaitu Fragment Heuer. Karakteristik yang kuat perpaduan dunia desain dan teknologi menjadikan jam ini sebuah gebrakan baru. Berdasarkan design tahun 60 dan dipadukan dengan Calibre terbaru, Heuer x Fragment ini masi menjadi incaran yang hangat sampai dengan sekarang mengingat keterbatasan unit yang ada.
Tak terasa perbincangan sampai kepada salah satu koleksi yang bisa saya bilang sebagai salah satu mahakarya dalam industri jam di Indonesia. Kolaborasi antara Timex dan @makna menjadikan MAKNA adalah agency pertama di ASEAN yang dapat berkolaborasi dengan Timex. Ketika jam dilihat secara detail didapati bahwa tekstur dari dial memiliki karakteristik yang khas dan lingkaran putih merepresentasikan perusahaan MAKNA itu tersendiri. Tak ketinggalan ketika menjelaskan kata It’s Time dalam dial merepresentasikan waktu itu sendiri. Dimana saat yang paling tepat untuk melakukan mimpi dan harapan itu adalah sekarang. Sampai akhir kata, perbincangan dengan Ernanda pun harus berakhir dengan beberapa gelas kopi. Insight-insight dan cerita tentang dunia desain di cerita kali inipun menjadikan saya sebagai seorang individu yang semakin ingin melangkah lebih jauh kedepan.
Sampai kepada akhir kata, mohon maaf jika terdapat kesalahan kata di dalam cerita ini dan jangan lupa ini adalah waktunya (It’s Time) untuk melangkah lebih mencapai hal-hal yang kita impikan, salam Danny - Berdetik.
Danny Aw - berdetik.co